Strategi Marketing untuk Target Pasar Gen Z, Makin Cuan di Era Digital

Berbicara tentang strategi marketing di era teknologi digital saat ini, tak bisa dilepaskan dari karakter target konsumen. Salah satu pangsa pasar terbesar di era digital saat ini adalah generasi Z atau Gen Z. Gen Z juga dikenal sebagai Centennials, yang berarti sekelompok orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2009.

Gen Z merupakan penduduk asli digital (native) pertama. Mereka terlahir ketika internet sudah menjadi arus utama dan tidak memiliki pengalaman hidup tanpa internet. Sehingga teknologi digital adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka.

Menurut penelitian yang dilakukan Populix, populasi Gen Z di Indonesia mencapai lebih dari 75 juta orang. Pada 2030, diperkirakan hampir setengah dari tenaga kerja Indonesia akan didominasi oleh Gen Z, yakni sekitar 30%. Dari data ini, kita dapat melihat bahwa Gen Z memiliki peran penting dalam keberlanjutan bisnis sebuah perusahaan.

Untuk menentukan strategi marketing yang tepat untuk target pasar Gen Z, penting bagi marketers untuk mengetahui karakter generasi ini terlebih dahulu.

Karakter Gen Z

Menurut Kotler (2021), jika Generasi Y lebih suka memposting gambar diri mereka yang lebih dipoles dan disaring untuk personal branding, Generasi Z lebih memilih untuk menampilkan versi diri mereka yang otentik dan jujur.

Oleh karena itu, Gen Z membenci merek yang menyiarkan citra yang dibuat-buat dan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Sebab, kesediaan untuk berbagi informasi pribadi relatif lebih tinggi pada Gen Z dibandingkan generasi yang lebih tua.

Mereka ingin brand dapat memberikan konten, penawaran, dan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi. Gen Z akan sangat menghargai kenyamanan personalisasi dan kustomisasi.

Selain itu, Kotler menyebutkan, Gen Z sangat peduli dengan perubahan sosial dan kelestarian lingkungan layaknya Gen Y. Namun, sedikit berbeda dengan Gen Y, Gen Z lebih percaya diri dalam peran mereka untuk mendorong perubahan melalui keputusan sehari-hari.

Sehingga, mereka lebih menyukai brand yang memberikan penekanan kuat pada pemecahan masalah sosial dan lingkungan. Mereka percaya bahwa pilihan brand mereka memaksa perusahaan untuk meningkatkan praktik keberlanjutan mereka.

Gen Z berharap brand dapat merangsang seperti perangkat seluler dan game mereka. Oleh karena itu, perusahaan perlu selalu memperbarui penawaran mereka. Pengalaman pelanggan interaktif baru penting untuk diciptakan perusahaan yang menargetkan konsumen Gen Z. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapan ini dapat menghasilkan loyalitas brand yang rendah.

Strategi Pemasaran yang Tepat untuk Gen Z

Setelah memahami karakteristik Gen Z, berikut ini beberapa strategi pemasaran yang sesuai:

  1. Konten Pemasaran yang Disukai
    Gen Z cenderung memiliki fase hidup yang lebih singkat, lebih cepat, dan lebih berorientasi pada prestasi. Mereka juga relatif lebih tertarik pada topik-topik yang sebelumnya dianggap sulit. Menurut Revie Sylviana, Director Creator Partnership Southeast Asia Meta, terdapat lima topik yang paling banyak diikuti Gen Z, seperti:
  • Lingkungan & Keberlanjutan;
  • Otentik & Menjadi Diri Sendiri;
  • Pemberdayaan Perempuan;
  • Komunitas, dan Kesehatan Mental.

Marketers dapat menggunakan topik-topik tersebut sebagai bahan konten pemasaran.

  1. Fokus pada Customer Experience
    Alih-alih berfokus pada pengembangan produk, data menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan dari inovasi pada customer experience jauh lebih besar daripada inovasi pada produk.
    Melansir ukmindonesia.id, customer experience memungkinkan pelanggan memiliki pengalaman untuk menikmati produk yang sama, tetapi dikemas dengan cara yang lebih menarik, sehingga mendapatkan pengalaman yang berbeda. Customer experience tidak hanya memuaskan Gen Z, melainkan juga semua kalangan generasi.
  2. Memanfaatkan Media Sosial
    Satu hal yang tak boleh dilewatkan dalam strategi marketing Gen Z adalah pemanfaatan media sosial. Sebagai generasi yang menjadikan internet sebagai bagian dari keseharian, media sosial memiliki peran penting bagi mereka untuk memutuskan menggunakan suatu produk.

Mereka akan saling bertanya dan merekomendasikan brand atau produk terbaik. Tidak hanya kepada teman dan keluarga, tetapi juga khalayak di media sosial. Oleh karena iu, marketers perlu memahami bahwa setiap pembelian yang dilakukan oleh Gen Z sangat dipengaruhi ‘pembelian sosial dan pendapat orang lain’.

  1. Menggabungkan elemen fisik dan digital
    Ketika menarget kalangan Gen Z, pengalaman fisik dan digital perlu dihadirkan dalam penawaran produk. Sebab, perilaku pembelian Gen Z didominasi oleh aktivitas hybrid, mencakup webrooming dan showrooming.

Webrooming dilakukan dengan mencari produk secara online melalui situs pencarian, lalu membelinya langsung di toko. Sedangkan, showrooming terjadi saat Gen Z pertama kali mengalami dan mencari produk secara offline di toko, tetapi kemudian membelinya melalui platform e-commerce setelah menemukan produk yang cocok.

  1. Jujur atas Produk yang Ditawarkan
    Gen Z sangat menghargai kepercayaan, transparansi, dan otentisitas. Sebaliknya, mereka akan menjauh dari apa pun atau siapa pun yang tampak tidak otentik. Informasi mengenai pengalaman dengan brand atau produk kini tersedia di berbagai platform dari orang-orang yang tidak dibayar, seperti foto, video, blog, dan media sosial.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para pelaku usaha untuk jujur terhadap produk yang ditawarkan. Sebab, klaim-klaim palsu atas produk dapat memengaruhi kepercayaan para Gen Z.

Sumber:
https://uici.ac.id/revolusi-marketing-5-0-strategi-layani-generasi-z-dan-alfa/

https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/panduan-strategi-marketing-untuk-target-pasar-gen-z-optimalkan-cuan-di-era-digitals

Sumber gambar : Freepik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Free Consult